Sabtu, 12 Juni 2010

SEPI

sejatinya
sepi itu
tak pernah ada
meski engkau
sedang sendiri
atau
ditinggal pergi

sepi adalah
rekayasa hati yang nyaris mati
rintihan malam tak bersuara
bayang buram tanpa sosok sejati
gambar hitam yang kehilangan bingkai
detak jantung tak berdurasi
ujung nafas di ladang perburuan

sepi itu
sebenarnya
tak pernah sunyi
jika engkau tahu
jika engkau mau
jika engkau …
setuju

sepi itu pintu pertemuan
sepi itu taman pelepas kerinduan
sepi itu lautan berbagi rasa
sepi itu pesta penyesalan
sepi itu nyanyi pertaubatan
sepi itu air mata bayi
sepi itu fajar pagi
sepi itu tak pernah kesini

sepi itu
sebenarnya
gudang persembahan
arena permintaan
tak terbataskan
tak terperikan

jika
engkau tahu
jika
engkau mau
jika
engkau …
setuju.

Kamis, 27 November 2008

Sajak-sajak Sepatu Tua

Monira, 1978

di teras gedung cccf yang sepi
hari masih amat pagi
belum lagi pukul tujuh
dia telah menunggu

mon amour,
ada yang ingin ku katakan
tapi
tak sanggup ku katakan

ini …
( tersengguk diam, matanya basah )
biar
akan ku katakan :

je t’aime beaucoup
wallāhi, līlī wi nahāri ba-hlam fīk
tūl ‘omri ‘aisya ‘asyānak, inta li-wahdak
mā līsy ghīrak 1)

but I’m leaving for Paris
tiga jam lagi … in-nahar da, papa ‘āiz kida
mai, ne m’attend pas
au revoir … I’ll miss you 2)


( bisik itu terurai dalam isak sendu
sambil tertunduk pilu
telusuri jalan kenangan kami
monira yang sepi )

( eih di … musy ma’ūl
balasy tisāfir ba’a yā habibti 3)
bagaimana dengan … kita ? )
jeritku tanpa suara

aku
akan selalu menemanimu
dalam mimpimu
( katanya merdu )

ya, ini aku malah
sudah benar-benar bermimpi
yang membuatku mati
selagi masih berdiri.

23 nopember 2008.

1) aku sangat mencintaimu
sungguh,siang malam aku selalu memimpikanmu
seluruh hidupku hanya untukmu, cuma kamu
tiada yang lain disisiku

2) tapi, aku harus segera berangkat ke Paris
tiga jam lagi. Papa yang memaksaku
tapi, tolong jangan menungguku
selamat tinggal. aku akan selalu merindukanmu

3) tapi, ini tidak mungkin
tolong jangan pernah pergi, sayang

Venice, 1979

o sole mio

di antara
gedung-gedung tua yang mengambang
ku susuri kanal-kanal dingin yang membisu
tanpa jemu mencarimu

di antara
gondola-gondola manja yang mengambang
ku kejar bayang-bayang manis parasmu
tanpa jenuh mencarimu

dulu disini kita berkenalan
ketika gondola kita bersenggolan
ketika pandangan kita berpapasan
lalu kita saling berbagi perasaan

dan hari ini
kita bertemu lagi
engkau dalam gondolamu
tidak lagi sendiri seperti dulu

sepotong gaun putih gemerlap
membungkus tubuhmu lekat
seorang lelaki ber-tuxedo gelap
terus menggandengmu amat erat

lalu gondolamu bergegas melesat
menyeret anganku terbawa sesat
di antara gedung-gedung tua
yang masih mengambang
di antara gondola-gondola manja
yang terus mengambang

o sole mio
ti amo.

23 nopember 2008


Polonia, 1977

mawar namanya
merah rona pipinya
cerah warna gaunnya
di lobby bandara
memelukku manja

di keramaian sibolangit
mimpi kami batal melangit
karena jiwanya kini tehimpit
dan tak mampu lagi menjerit
meski derita makin melilit

di kegersangan asahan
amar keluarga telah diputuskan
mawar tak boleh lagi sendirian
lusa harus terima pinangan
duda kaya jadi pilihan


di kedamaian brastagi
cinta harus terbagi
mawar ingin ikut aku pergi
tak kan rela berpisah lagi
atau baik mati semasih pagi

di kesunyian polonia
mawar tak ada
tapi ada sepotong berita
beri kabar duka
mawar telah tiada.

23 nopember 2008.


Bekasi, 1970

di jalan juanda ini
akhirnya kau kendurkan juga
erat gemas genggamanmu
dari jalan cemara senja tadi

sampai jalan juanda ini
aku masih belum mampu juga
beri jawab sepasti maumu
sejak jalan cemara dua jam tadi

antara cemara dan juanda
meski singkat jaraknya tertapaki
tak sanggup juga dekatkan hati kita
untuk goreskan rona yang pasti

dari cemara hingga juanda sini
warna hati kita masih belum juga tertorehkan
alur pasti jalan kita belum juga terpetakan
atau benih cinta kita belum usai disemaikan

di jalan cemara dulu
cerita memang termulai dengan semu
meski sketsanya pernah kita coba reka
agar juga punya kerangka pesona

di jalan juanda ini
akhirnya kau ungkapkan juga
jerit pasrah hatimu yang perih
untuk sudahi semua lembar cerita

di antara
cemara dan juanda
di tengahnya
masih ada
antara

di antara
cemara dan juanda
diantaranya
pernah ada
cerita kita.

24 nopember 2008.


Tao Toba, 1977

bis tua itu
baru saja
hempaskan awak ini
dari bayang ketakutan
yang ciptakan sakarat dini
lewat perjalanan gilanya
di bibir-bibir jurang tadi

ketika
kegamangan belum lagi reda
tangan seorang perempuan tua
menarikku setengah paksa
lalu bisikkan sederet kata
hampir tanpa suara
tentang seorang dara

kini dia di samosir sana
dengan emaknya yang tua
belum juga mau menikah
setelah mimpinya musnah
dia tetap sendiri
masih terus menanti
jejaka yang dia ingini

tao toba na uli
ini aku bawa kembali
hati yang dulu lari
dan segera ku labuhkan
di dermaga sang perawan
yang terselimuti pekatnya awan
karena derita yang tertahan.

27 nopember 2008

Minggu, 09 November 2008

Sajak-sajak Lepas

Jangan Menangis, Kawan …

tetaplah berbaring damai
dalam buai bumi pertiwi
dan …
tetaplah lelap
dalam hangat pelukannya

tak perlu
kau semburkan air mata kepedihan itu
lewat sela-sela lumut pusaramu
tak usah
kau teriakkan jerit kesumatmu itu
lewat pori-pori tanah makammu

kami semua
juga pilu … geram dan berang
kami semua
juga ngilu … muram dan suram

tenggelam sangat dalam
karam dalam samudera derita yang kelam
di suburnya tanah negeri ini
di hijaunya hutan negeri ini
di kayanya laut negeri ini
di birunya langit negeri ini

kami semua
juga menangis … seperti tangismu
kami semua
juga menderita … seperti deritamu

tapi
kalian masih lebih beruntung
sedang kami masih harus terus berhitung
mengejar segala yang terus melambung
membuat semua jadi limbung
atau nafas ini harus tak lagi bersambung

juga janda-jandamu
yang tetap terdampar
di kontrakan-kontrakan lusuh
yang tersingkir minggir
dari hingar-bingar gaduh
mereka yang berebut kursi dan upeti
dengan amat sungguh

sepertinya
simbah darah kita
air mata dan nyawa kita
jadi percuma
jadi sia-sia
tak menyisakan makna apa-apa
buat isteri, anak-anak
dan cucu kita

tetaplah tidur dalam damai yang sepi
sesepi sepuluh nopember ini
yang tak lagi punya arti
apalagi kata terima kasih
‘tuk segala sumbangsih

damailah
bersama nama dan jasamu
di pembaringan ini

tuhan masih disini
dan terus memberi
setiap hari.

06 nopember 2008.


Kusuma Yang Abadi

angin putih meniup tipis
dan daun kamboja itu gugur satu-satu
diatas nisanmu tersebar
menguning kering

aku ingat dirimu, sahabat
ketika terkapar menggeliat di front depan
dengan dada berdarah deras
tapi engkau masih senyum sedikit
tidak layu seperti kamboja itu

kini aku datang, teman
di perut kuburmu
karena aku ingat dirimu
aku ingat semua
juga waktu pelor musuh menguak kulitmu
dan engkau masih menerjang
menepis segala

hari itu engkau pergi lebih dulu
esok mungkin aku
dan yang lainnya
kita relakan itu semua
ikhlas tanpa pamrih
demi pertiwi
demi cita-cita
demi semua.


04 nopember 1970

Rabu, 05 November 2008

Sajak-sajak Benang Basah (3)

Lukisan Diri

aku
kapan aku mati, kelak … di kepagian
maka takkan ada tangis atau setanggi … mengiring
ke pekuburanku … di hutan
lantaran aku bak angin
deru menderu dari jalanan

adapun saat saat ini
aku terus berpacu … kabur dalam badai
terhempas bengis … semangatku buyar
karena diri tiada nama
pada petualangan panjang
dan kepatahan

tapi
tak peduli itu
karena aku
masih ingin lari
sekencang kijang dalam dongeng
ke tapal sana … batas hatiku
seribu mil lagi
sendiri.

nopember 1970

Petualang

hei
penjarahan ini bukan berhenti di sini, di hatimu
tapi punya kaki bersepatu besi
kita berpisah sekarang, adios !
aku mau bikin cerita lagi
di pelabuhan berikut.

Menyepi Sepi

ya
baik begini … hening … biru
tanpa kata cinta tiada cemburu … damai sendiri
biar aku pulas pada kesepian
temani hati, temani malam
dan kebisuan.

nopember 1970

Sajak-sajak Benang Basah (2)

Tangis Di Pelabuhan

maka menjauh sudah kapal dan bayang-bayang manis
dari tonggaknya di pelabuhan kecil
sekecil hati ini … sunyi ketiadaan
karena pada kepergiannya cerita belum lagi usai
kelewat cepat ia tanggalkan pakaian sutera dari hatinya

padahal tadinya kami bakal berangkulan
satu sama lain
di ranah ini …dusun pengasingan kami
buat berceritera tentang sorga
dan anak-anak kami yang lucu

tetapi
kisah berubah warna
hatinya resah menyerah pada gelisah
di pelabuhan sini permulaannya
lalu beruntun tak lekas surut
dan pada ungunya air mata nanti
hati sudah membeku lusuh
ombak di dada mereda jera
cerah di hati makin redup … bunga kuncup
juga perasaan kuyu tentang dirinya
tertuang tumpah di pelabuhan ini
pangkal keheningan segala
yang bakal berlanjut … melajur.

desember 1970

Mimpi Dari Dusun Kecil

pipi yang ranum buah delima
senyum malu membayang dalam pura-pura
dan hati jadi berdetak keras sekali, ketika :
abang, cantikkah aku ?
( rambutnya pekat, hitam matanya )

dan
kuurai pesan di bibirnya mungil
pipit sawah mengintip iri
kami langkahi selokan kecil
mengalir anak sungai di matanya bening
lalu sendunya merawan resah :
abang, akan kembalikah engkau buatku ?
( suaranya wangi … menembus kulit )

Cerita Tentang Cinta

menimang kata di bibir manis
dalam berkata hati bergumam sendiri
sejuta janji teruntai gemerlap
di ujungnya ada nila

lalu pada kesudahan semua yang indah
banyak hati yang menggapai-gapai
dalam menjerit bukan cepat lelap
dalam berlari makin nyeri … ngeri

cuma pada sepi dilampiaskannya
cerita tantang cinta
dan noda-nodanya.

desember 1970

Yang Hilang

yang hilang adalah yang pernah ada
ada karena butuh
dan umur masa bukan hanya pagi ini
lantaran punya warna sekaya bianglala
malam kelam adalah sayatan pertama
dan hujan sore akan nodai cerah siang
buat semua itu
engkau kupagut dalam pelukan hangat

yang hilang adalah yang pergi
pergi karena butuh
yang membawa mimpi seguci merjan
menyanjung khayal si pungguk sial
teganya cuma pada awak sendiri
menempuh badai sukmanya lengang
apatah kan selamat ke seberang
dengan hati curang kering gersang

yang hilang adalah yang lemah
lemah karena dusta
ketika tangan-tangan hitam meremasnya tipis
ia menggapai-gapai
dan cakar merak mengelusnya lembut
ia menggapai-gapai
karena di benaknya ada gejolak
gejolak yang berasal dari tuanya harap

yang hilang adalah yang lari
lari karena nyata yang jalang

yang hilang adalah yang biru
biru karena hati yang ragu dan air mata ungu

yang hilang adalah yang mungkin
mungkin karena dunia yang gompal.

oktober 1970

Penyesalan

karena semua kealpaan
cita dan cinta lolos satu-satu

segenggam harapan terseret menepi
menepis karang
terhempas pisah
menyerusuk sesak
menguak enggan
tepian tertuju menyempit sempit

karena dulu semua lena
mata terkatup hati diinangkan

yang lalu telah lari
acuh dan bertingkah
esok pasti ‘kan datang
menantang lantang bertolak pinggang
ceritera akan berganti … resah atau susah
sesal adalah buah, tertelan pahit … tercerna muak.

september 1970

J e r i t

tuty, dengar ini
teriak pada keparauan
tanpa rasa lelah
menghunjam pada ketiadaan
juga tiada kau
sedang kalau kau kenali suara ini
tak semua itu
jadi arti yang sumbang … arti kelabu
arti mati

dan dengar lagi ini
yang dulu-dulu juga
sebelum dan sesudah hati ini kerdil
dilanda rindu
sepeninggalan harap … di kegersangan
segersang jerit mauku
nyanyi kelesuan

dan ini lagi, tuty
jika kerinduan ini berlarut mendalam
tiada lagi hidup punya warna
biru, dingin … tiada wangi, tiada megah
bahkan terasa kesepian datang lagi
membawa penderitaan
menyayat … membeku sendu
sampai jerit ini rontok
di musim kehampaan mendatang

kau dengar itu, tuty
hanya itu
padamu.

nopember 1970

D e r i t a

cuma ketiadaan
berbiak di hati hitam
oleh lepasnya tumpuan asa
kau, ida !
satu-satunya.

C i n t a

penjelmaan antik
dari sebuah kisah klasik
bertemunya romeo dan juliet
lalu … jadi mainan kini
hari ke hari

adapun dalam kepalsuannya
ada bahagia … ada derita
pada kisah
pasangan yang lain
dan pasangan kami.

nopember 1970

Ajakan Buat Ratri …

ratri …
tidakkah kau mau lagi
susuri jalan kita yang dulu
bergandeng setia
tapi kau …
jangan tutup mata
pada kepekatan cerita ini
kita harus berjalan lagi
sejauh sebelum datar ada
sampai batas putih sana
taman penuangan segala
taman cita dan cinta

atau kau jemu, ratri …
pada perjalanan ini
mendaki … menurun
dalam onak dan duri
tapi kau …
jangan berkaca
di jalanan ini
semua masih samar
sesamar kemanisan maumu dulu
mau kita berdua
berjalan berpeluk
kau dan aku.

nopember 1970

Lagu Buat Ida …

apa masih ingat, ida
berpautnya hati kita
pada kisah keikhlasan semu … singkat
di ketenangan sore bulan mei
lantas kau
bergegas … berpacu
meninggalkan senyum … air mata
dan pisahan

lalu kubawa diriku
berlari … bersungut
dalam ketandusan hati tiada kejora
dan di lorong sunyi ini, aku
membisu … menyendiri … terpahat kaku
karena kau tak pernah kembali
bawa lagu persemaian … bening
berpanorama … wangi … manis
pada hati lekang memagut

tapi …
aku dengar tentangmu, ida
juga hatimu yang dulu
cuma …
ku sangsi kini
apa ada atau tiada
lagu yang dulu
lagu kerinduan
sekepanjangan cinta.

nopember 1970

Sebuah Kenangan

ya
lama sekali sudah
sebuah pertemuan yang manis … cerah
secerah warna bunga pada dastermu
aku masih ingat itu, ida
apalagi senyum yang kau cecer sore itu
kemudian kita tertawa … meriah
dan kau bisikkan sederet kata mesra :
aku sayang padamu, bang
oh … betapa wangi suaramu

tapi
mana semua itu kini
aku mau sekarang, ya sekarang
dalam kelekangan hati … di kebisuan
justru kuciptakan kenangan ini, ida
karena dirimu
dan kerinduan.

nopember 1970

R i n d u

pada angin-angin putih
dalam bertiupmu kusisipkan pesan
dari hati terlingkup mendung dan ketiadaan
dengan nyanyimu, angin … di tengah malam
buailah dia, gadisku dalam kedamaiannya sendiri
lalu katakanlah pelan-pelan
bahwa seseorang rindukan dirinya
di kejauhan.

P e r p i s a h a n

seperti yang lain
kamipun pernah berkumpul … mesra sekali
ketika warna hidup ini masih segar … wangi
lalu perpisahan itu datang juga dalam kelesuan
dan renggutkan perdamaian milik kami
satu-satunya.

nopember 1970

Kalbu Dan Kehampaannya

dari redup senja di pinggiran tembok sunyi
ronamu kugait ke pelupuk keriput

sejak dua sasi yang telah lari
kala bayangmu masih mengambang tersenyum kecut
senja terus turun lurus-lurus gelisah
melebar, melilit pinggang dan kesepian
menjerat, mencubit hati kecil-kecil perih
menyusup, menyerusuk ke kelembaban cinta

buat dua sasi yang datang
aku masih di sini dan begini

menggeluti kesepian dan kekosongannya
menemani hati yang nanar
menunggu harapan tak berujung
merengek bahagia yang terlalu pagi
menanti tuhan di pangkal sepi
terlena pulas berselimut duka.

september 1970

Kami Yang Terlantar

disini kami terhempas, ya disini
diatas bongkah-bongkah cemas dan hitamnya batas kota
gerimis sore dan stasiun mabuk punya lagu sendiri-sendiri
nanyi pluit kereta dan penjaja kue adalah semangat
semangat bersumber dari hati yang pucat

dari dusun kami kemari, ya kemari
mengadu nasib yang telanjang menggeliat
menepis kerikil derita dan sengsara membelukar
dan kami terdampar di pojok, ya di pojok
dalam khayal panjang dan langkah gontai

disini kami terpahat, ya disini
seperti lukisan tua tanpa bingkai
terkapar rebah di perut kota
diayun lembut perawan tua
dan seringai pasi penuh damba

disini kami tersiksa, ya tersiksa
di ujung kota yang remang kami menjerit
terlena lelah dalam kebisuan asa yang tersia
mungkin tuhan dan suaranya masih bermukim
manakala mata-mata di langit berpaling cemburu.

oktober 1970

Yang Terkapar

seekor burung jatuh di tanah
di sayapnya ada darah
memerah cerah lukanya terkuak
masih menggelepar garang
lalu rebah
bayu gaib mengusap pelan
pulas
damai
di perut bumi terkujur percuma

seorang anak menyeringai curiga
di dadanya ada dendam
dendam yang bermula dari sesaL

mama
seekor burung jatuh di tanah
di sayapnya ada darah
manusia mana telah murka, mama
hingga jasad kecil tak lagi bernyawa
dan umurnya cuma dua sasi.

oktober 1970

Rumah Pelukis

terasnya lumut tua
memojok ke tembok garang
kebunnya alang-alang ganas
flamboyan dan cendawan jalang

angin lembut menguak daun pintu
gorden kusut memerah layu
kursinya tergolek memeluk sepatu rusak
kuas dan cat cemberut meminta sinar

hidupnya melulu kanvas dan berewok
cat ungu terciprat di jidat keriput
cambang lebat dan asap rokok
piyama kumal melibat jari-jari lempang

rumah baginya surga dan inspirasi
tanpa asap di dapur dan perigi sepi
angan-angannya adalah bingkai gelisah
dan esok lusa yang belum terarah

pelukis dan ketuaannya
bayi yang diasuh kepanjangan masa
ditempa kehanyutan lamun
nafas harap yang memburu.

september 1970

Pesan Opa

biarlah jenggot dan kembang jambu memutih rontok
atau keriput merut memuai kisut
pipa dan kacamata tua cuma karibku mengoceh
juga tongkat bengkok dan curiga kosong

usiaku bahtera lelah yang ‘kan merapat
ujung sisanya di dinding tenggorokan
biar maskoki yang bakal berduka sepekan
kapan jasad kering terbujur lurus kaku
kamboja dan wangi setanggi
hanya memeluk onggokan tanah merah
dan mana aku tahu bila tangismu
akan sirna saat kabut turun lemas

bila benar aku terbang ke sorga
jas tuaku adalah kengerian
titipkan pada pengemis di pojok pasar
atau tukar ayam dua ekor.

september 1970

E x o d u s

biarkan aku, biarkan
geram ini kutuang pada tali-tali gitar karatan
nadanya terantuk-antuk seperti nenek tua
bukan ‘tuk merengek pada bulan mabuk
atau memuja rintihan sungai
cuma pelahiran buat bayu semilir
curahan sedih dari pancuran dendam

dan biarkan mereka, biarkan
wajah-wajah layu, kartu-kartu koyak dan dompet kosong
botol-botol anggur di pinggiran meja
lampu tempel yang berkedip curiga
asap bentoel dan sandal jepit
biarkan sayap fajar yang menjemputnya
atau kantuk gaib mendekapnya.

september 1970

Sajak-sajak Benang Basah (1)

Perempuan Yang Menunggu

( 1 )
hatinya sudah sekerdil ujung malam
dalam menunggu yang bakal pulang
menunggu adalah siksa panjang
sepi … setengah mati
dan sepi tak pernah larut dalam gelap
gelap malam … malam hatinya … rambutnya
karena lakinya adalah segalanya
pewaris anak cucunya
di kemudian
pada ketuaan.

( 2 )
anjing malam melolong panjang … parau
bawa makna hitam
dari utara
maka bertanyalah dirnya pada angin silir :
mungkin ada apa-apa
pada lakiku
di jalanan
di sana.

Lelaki Yang Pulang

pulangnya bersama burung malam
dengan langkah mengukir tutur palsu
teramat sepi pelataran rumahnya … isterinya
karena semalaman tadi punya cerita sejuta mimpi
dalam pengasingan angin jahat
di utara alun-alun
sudut nafsunya.

september 1970


Nyanyian Biru

di pasir yang basah
melingkar asma dan rona seorang dara
bibir yang pasrah
dan semua tawa yang punya mula

menukik camar jalang
cintaku terkapit di kakinya
juga rindu yang terjulur
dan semua arti yang punya mula

lidah ombak dan karang terlentang
adalah jiwa dari jiwa
nisan yang rebah
dan semua bisu yang punya mula

angin dari selatan dan salam dari diri
meraih hati yang terjerang
menyeka kaca yang berembun
dan semua detak yang punya mula

……………………………

adapun awan yang bergumpal pekat
adalah nyanyi panjang tanpa akhir
nyanyi tanpa hati
nyanyi tanpa jiwa.

oktober 1970

Lagu Rindu

di langit bulan sepotong
merah suram
remang-remang
selaksa bintang pada mengepung
seperti mata perempuan-perempuan jalang

di kali ada bulan
juga sepotong
didera rumpun alang
bergoyang-goyang
lalu hilang

di hati ada bimbang
antara rindu dan berang
karena perawan bakal datang
bergegas di pematang
sambil berlenggang

di wajahnya senyum secercah
dan pipi montok yang ranum
mengalir kali kecil di mata merah
yang bermuara pada bibir yang terkulum.

oktober 1970

B e r p i s a h

engkau dan bayanganmu
bukan lagi yang dulu
biar madu memoles bibirmu
atau tebu dan beludru
bukan itu yang aku mau
demi hati dan empedu

cahaya lentera adalah aku
engkau minyaknya dan jeriji kincir
waktu hujan membunuhku
senyummu buyar seperti mortir

malam ini kau kudekap
besok aku kelana gulana
justru aku akan berlalu
dari cakar dan pelanamu

kini aku berlalu
dalam dahaga dan kekosongan
bibir dan gelakmu
cerita lama dan rongsokan.

september 1970

Sabtu, 01 November 2008

Sajak-sajak Ada Sejuta Ada (7)

Ironis … ( 1 )

ada pingkal penuh cekikikan berkepanjangan terus berjejal lalu menghablur
membubung liar dari hampir seantero rumah di negeri ini setiap pagi menjelang sahur
lewat dagelan kering mentah dua jam, para pemirsa dilalaikan dari tafakkur atau tadabbur
yaaah … ‘tuk lupakan susah derita kami seharianlah … kata mereka, dan sangat menghibur

ada keliru besar berkepanjangan terus terpelihara dalam bingkai indah
pada pemaknaan waktu sahur yang berhenti hanya pada kegiatan makan dan sudah
padahal ia adalah saat amat berharga dan sayang bila harus dibuang begitu mudah
bukankah di luar romadhon, waktu mustajab ini tak banyak yang pedulikan ‘tuk menengadah

ada sedih lirih berkepanjangan akan terus menyesaki dada, tiada surut
pada segelintir diri yang mengerti dan tak merelakan momentum mahal itu harus luput
‘nyederhanakan makan sekedar raih berkah, lalu bergegas sambangi sajadah yang ‘lah kusut
‘tuk padatkan munajat dan jejalkan istighfar dalam panjat do’a, dengan sangat bersungut *).

*) Adz Dzaariyaat ( 51 ) : 17-18


Ironis … ( 2 )

ada banyak keanehan disana-sini pada berpuasanya sebagian besar anak negeri ini
ketika sholat subuh baru saja sudah, muda-mudi ingusan berhambur liar mengejar mimpi
yang jejaka masih bersarung berpeci haji, yang dara masih bermukena sekenanya tiada rapi
menyusuri jalan-jalan sepi ‘tuk saling menautkan hati sampai langkah kaki penat lalu menepi

ada yang tak terfahami dari fenomena asmara subuh di romadhon yang mestinya suci ini
puasa panjang yang baru saja diawali, selang beberapa menit saja sudah tak lagi punya arti
wabah liar ini terus menyebar, dari alun-alun kota hingga pantai desa di seantero pojok negeri
ada yang terhenyak, ada yang hanya berkerenyut dahi, lebih banyak lagi yang tak mau peduli

romadhon 1429