Rabu, 05 November 2008

Sajak-sajak Benang Basah (1)

Perempuan Yang Menunggu

( 1 )
hatinya sudah sekerdil ujung malam
dalam menunggu yang bakal pulang
menunggu adalah siksa panjang
sepi … setengah mati
dan sepi tak pernah larut dalam gelap
gelap malam … malam hatinya … rambutnya
karena lakinya adalah segalanya
pewaris anak cucunya
di kemudian
pada ketuaan.

( 2 )
anjing malam melolong panjang … parau
bawa makna hitam
dari utara
maka bertanyalah dirnya pada angin silir :
mungkin ada apa-apa
pada lakiku
di jalanan
di sana.

Lelaki Yang Pulang

pulangnya bersama burung malam
dengan langkah mengukir tutur palsu
teramat sepi pelataran rumahnya … isterinya
karena semalaman tadi punya cerita sejuta mimpi
dalam pengasingan angin jahat
di utara alun-alun
sudut nafsunya.

september 1970


Nyanyian Biru

di pasir yang basah
melingkar asma dan rona seorang dara
bibir yang pasrah
dan semua tawa yang punya mula

menukik camar jalang
cintaku terkapit di kakinya
juga rindu yang terjulur
dan semua arti yang punya mula

lidah ombak dan karang terlentang
adalah jiwa dari jiwa
nisan yang rebah
dan semua bisu yang punya mula

angin dari selatan dan salam dari diri
meraih hati yang terjerang
menyeka kaca yang berembun
dan semua detak yang punya mula

……………………………

adapun awan yang bergumpal pekat
adalah nyanyi panjang tanpa akhir
nyanyi tanpa hati
nyanyi tanpa jiwa.

oktober 1970

Lagu Rindu

di langit bulan sepotong
merah suram
remang-remang
selaksa bintang pada mengepung
seperti mata perempuan-perempuan jalang

di kali ada bulan
juga sepotong
didera rumpun alang
bergoyang-goyang
lalu hilang

di hati ada bimbang
antara rindu dan berang
karena perawan bakal datang
bergegas di pematang
sambil berlenggang

di wajahnya senyum secercah
dan pipi montok yang ranum
mengalir kali kecil di mata merah
yang bermuara pada bibir yang terkulum.

oktober 1970

B e r p i s a h

engkau dan bayanganmu
bukan lagi yang dulu
biar madu memoles bibirmu
atau tebu dan beludru
bukan itu yang aku mau
demi hati dan empedu

cahaya lentera adalah aku
engkau minyaknya dan jeriji kincir
waktu hujan membunuhku
senyummu buyar seperti mortir

malam ini kau kudekap
besok aku kelana gulana
justru aku akan berlalu
dari cakar dan pelanamu

kini aku berlalu
dalam dahaga dan kekosongan
bibir dan gelakmu
cerita lama dan rongsokan.

september 1970

Tidak ada komentar: