Suatu Ketika di dalam Gua
ada segulung ketakutan menyelinap pekat di hati kecilnya, tiba-tiba
ketika derap puluhan pasang kaki kuda berhenti tepat di mulut gua, tempatnya berada
teriak benci dan hardik marah pecah membahana, membelah sepi, ciutkan dada
seketika darah berdesir keras tatkala sosok-sosok kokoh bergerak ke dekat celah menganga
bikin peluh mengucur dingin, lidah jadi kelu tak mampu keluarkan suara
lantaran ada yang sangat ia cemaskan : keselamatan sang Rasul, penuntunnya
ada sebaris ketenangan menggantung anggun di putih wajahnya, luar biasa
tak secuil kekhawatiranpun terbersit, apalagi kekalutan atau gundah gulana
padahal ia telah terusik dan terusir dari tanah tercintanya dengan ancaman nyawa
setiapkali kecemasan makin menyeruak sesak ke seantero relung jiwa sang sahabat
senyum tipis terus terukir dari bibirnya, tulus, manis damaikan hati lenyapkan penat
“Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”, tuturnya hangat *).
*) At Taubah ( 9 ) : 40
Umar dan Umar
ada segulung ketakutan menyelinap pekat di hati kecilnya, tiba-tiba
ketika derap puluhan pasang kaki kuda berhenti tepat di mulut gua, tempatnya berada
teriak benci dan hardik marah pecah membahana, membelah sepi, ciutkan dada
seketika darah berdesir keras tatkala sosok-sosok kokoh bergerak ke dekat celah menganga
bikin peluh mengucur dingin, lidah jadi kelu tak mampu keluarkan suara
lantaran ada yang sangat ia cemaskan : keselamatan sang Rasul, penuntunnya
ada sebaris ketenangan menggantung anggun di putih wajahnya, luar biasa
tak secuil kekhawatiranpun terbersit, apalagi kekalutan atau gundah gulana
padahal ia telah terusik dan terusir dari tanah tercintanya dengan ancaman nyawa
setiapkali kecemasan makin menyeruak sesak ke seantero relung jiwa sang sahabat
senyum tipis terus terukir dari bibirnya, tulus, manis damaikan hati lenyapkan penat
“Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”, tuturnya hangat *).
*) At Taubah ( 9 ) : 40
Umar dan Umar
ada segumpal ketamakan hinggap pekat di hati wanita tua, di suatu pagi buta
kepada puterinya ia minta agar susu kambingnya dicampuri air putih biasa
lantaran bila esok terjual semua, laba banyak akan mereka raih tak lagi merugi
tapi pinta curang sang emak tak dipatuhi, sang puteripun menolak dan tak sudi
ada secuil kemarahan membias gamblang di wajah emak, tak tersembunyi
ia ingatkan bahwa Umar, sang khalifah adil masih terlelap pulas, takkan pernah tahu
iman sang puteripun lantang menjerit : tapi kan tuhannya Umar tak pernah tidur, ummi !
dan di luar pintu rumah, sang khalifah khusyuk menyimak dengan bangga dan penuh haru.
*) sang puteri adalah calon nenek khalifah zuhud Umar bin Abdul Aziz
romadhon 1429
2 komentar:
Asslkm. Wr. Wb.
Semua ini sudahdibukukan belum........
Waslkm.
Daeng Tahufik Rodji Ghozali Ilyas
Aslkm Wr. Wb.
Gimana khabar keluarga.....?
Wasalkm. Wr. Wb
Posting Komentar