Kamis, 27 November 2008

Sajak-sajak Sepatu Tua

Monira, 1978

di teras gedung cccf yang sepi
hari masih amat pagi
belum lagi pukul tujuh
dia telah menunggu

mon amour,
ada yang ingin ku katakan
tapi
tak sanggup ku katakan

ini …
( tersengguk diam, matanya basah )
biar
akan ku katakan :

je t’aime beaucoup
wallāhi, līlī wi nahāri ba-hlam fīk
tūl ‘omri ‘aisya ‘asyānak, inta li-wahdak
mā līsy ghīrak 1)

but I’m leaving for Paris
tiga jam lagi … in-nahar da, papa ‘āiz kida
mai, ne m’attend pas
au revoir … I’ll miss you 2)


( bisik itu terurai dalam isak sendu
sambil tertunduk pilu
telusuri jalan kenangan kami
monira yang sepi )

( eih di … musy ma’ūl
balasy tisāfir ba’a yā habibti 3)
bagaimana dengan … kita ? )
jeritku tanpa suara

aku
akan selalu menemanimu
dalam mimpimu
( katanya merdu )

ya, ini aku malah
sudah benar-benar bermimpi
yang membuatku mati
selagi masih berdiri.

23 nopember 2008.

1) aku sangat mencintaimu
sungguh,siang malam aku selalu memimpikanmu
seluruh hidupku hanya untukmu, cuma kamu
tiada yang lain disisiku

2) tapi, aku harus segera berangkat ke Paris
tiga jam lagi. Papa yang memaksaku
tapi, tolong jangan menungguku
selamat tinggal. aku akan selalu merindukanmu

3) tapi, ini tidak mungkin
tolong jangan pernah pergi, sayang

Venice, 1979

o sole mio

di antara
gedung-gedung tua yang mengambang
ku susuri kanal-kanal dingin yang membisu
tanpa jemu mencarimu

di antara
gondola-gondola manja yang mengambang
ku kejar bayang-bayang manis parasmu
tanpa jenuh mencarimu

dulu disini kita berkenalan
ketika gondola kita bersenggolan
ketika pandangan kita berpapasan
lalu kita saling berbagi perasaan

dan hari ini
kita bertemu lagi
engkau dalam gondolamu
tidak lagi sendiri seperti dulu

sepotong gaun putih gemerlap
membungkus tubuhmu lekat
seorang lelaki ber-tuxedo gelap
terus menggandengmu amat erat

lalu gondolamu bergegas melesat
menyeret anganku terbawa sesat
di antara gedung-gedung tua
yang masih mengambang
di antara gondola-gondola manja
yang terus mengambang

o sole mio
ti amo.

23 nopember 2008


Polonia, 1977

mawar namanya
merah rona pipinya
cerah warna gaunnya
di lobby bandara
memelukku manja

di keramaian sibolangit
mimpi kami batal melangit
karena jiwanya kini tehimpit
dan tak mampu lagi menjerit
meski derita makin melilit

di kegersangan asahan
amar keluarga telah diputuskan
mawar tak boleh lagi sendirian
lusa harus terima pinangan
duda kaya jadi pilihan


di kedamaian brastagi
cinta harus terbagi
mawar ingin ikut aku pergi
tak kan rela berpisah lagi
atau baik mati semasih pagi

di kesunyian polonia
mawar tak ada
tapi ada sepotong berita
beri kabar duka
mawar telah tiada.

23 nopember 2008.


Bekasi, 1970

di jalan juanda ini
akhirnya kau kendurkan juga
erat gemas genggamanmu
dari jalan cemara senja tadi

sampai jalan juanda ini
aku masih belum mampu juga
beri jawab sepasti maumu
sejak jalan cemara dua jam tadi

antara cemara dan juanda
meski singkat jaraknya tertapaki
tak sanggup juga dekatkan hati kita
untuk goreskan rona yang pasti

dari cemara hingga juanda sini
warna hati kita masih belum juga tertorehkan
alur pasti jalan kita belum juga terpetakan
atau benih cinta kita belum usai disemaikan

di jalan cemara dulu
cerita memang termulai dengan semu
meski sketsanya pernah kita coba reka
agar juga punya kerangka pesona

di jalan juanda ini
akhirnya kau ungkapkan juga
jerit pasrah hatimu yang perih
untuk sudahi semua lembar cerita

di antara
cemara dan juanda
di tengahnya
masih ada
antara

di antara
cemara dan juanda
diantaranya
pernah ada
cerita kita.

24 nopember 2008.


Tao Toba, 1977

bis tua itu
baru saja
hempaskan awak ini
dari bayang ketakutan
yang ciptakan sakarat dini
lewat perjalanan gilanya
di bibir-bibir jurang tadi

ketika
kegamangan belum lagi reda
tangan seorang perempuan tua
menarikku setengah paksa
lalu bisikkan sederet kata
hampir tanpa suara
tentang seorang dara

kini dia di samosir sana
dengan emaknya yang tua
belum juga mau menikah
setelah mimpinya musnah
dia tetap sendiri
masih terus menanti
jejaka yang dia ingini

tao toba na uli
ini aku bawa kembali
hati yang dulu lari
dan segera ku labuhkan
di dermaga sang perawan
yang terselimuti pekatnya awan
karena derita yang tertahan.

27 nopember 2008

Tidak ada komentar: