Rabu, 05 November 2008

Sajak-sajak Benang Basah (2)

Tangis Di Pelabuhan

maka menjauh sudah kapal dan bayang-bayang manis
dari tonggaknya di pelabuhan kecil
sekecil hati ini … sunyi ketiadaan
karena pada kepergiannya cerita belum lagi usai
kelewat cepat ia tanggalkan pakaian sutera dari hatinya

padahal tadinya kami bakal berangkulan
satu sama lain
di ranah ini …dusun pengasingan kami
buat berceritera tentang sorga
dan anak-anak kami yang lucu

tetapi
kisah berubah warna
hatinya resah menyerah pada gelisah
di pelabuhan sini permulaannya
lalu beruntun tak lekas surut
dan pada ungunya air mata nanti
hati sudah membeku lusuh
ombak di dada mereda jera
cerah di hati makin redup … bunga kuncup
juga perasaan kuyu tentang dirinya
tertuang tumpah di pelabuhan ini
pangkal keheningan segala
yang bakal berlanjut … melajur.

desember 1970

Mimpi Dari Dusun Kecil

pipi yang ranum buah delima
senyum malu membayang dalam pura-pura
dan hati jadi berdetak keras sekali, ketika :
abang, cantikkah aku ?
( rambutnya pekat, hitam matanya )

dan
kuurai pesan di bibirnya mungil
pipit sawah mengintip iri
kami langkahi selokan kecil
mengalir anak sungai di matanya bening
lalu sendunya merawan resah :
abang, akan kembalikah engkau buatku ?
( suaranya wangi … menembus kulit )

Cerita Tentang Cinta

menimang kata di bibir manis
dalam berkata hati bergumam sendiri
sejuta janji teruntai gemerlap
di ujungnya ada nila

lalu pada kesudahan semua yang indah
banyak hati yang menggapai-gapai
dalam menjerit bukan cepat lelap
dalam berlari makin nyeri … ngeri

cuma pada sepi dilampiaskannya
cerita tantang cinta
dan noda-nodanya.

desember 1970

Yang Hilang

yang hilang adalah yang pernah ada
ada karena butuh
dan umur masa bukan hanya pagi ini
lantaran punya warna sekaya bianglala
malam kelam adalah sayatan pertama
dan hujan sore akan nodai cerah siang
buat semua itu
engkau kupagut dalam pelukan hangat

yang hilang adalah yang pergi
pergi karena butuh
yang membawa mimpi seguci merjan
menyanjung khayal si pungguk sial
teganya cuma pada awak sendiri
menempuh badai sukmanya lengang
apatah kan selamat ke seberang
dengan hati curang kering gersang

yang hilang adalah yang lemah
lemah karena dusta
ketika tangan-tangan hitam meremasnya tipis
ia menggapai-gapai
dan cakar merak mengelusnya lembut
ia menggapai-gapai
karena di benaknya ada gejolak
gejolak yang berasal dari tuanya harap

yang hilang adalah yang lari
lari karena nyata yang jalang

yang hilang adalah yang biru
biru karena hati yang ragu dan air mata ungu

yang hilang adalah yang mungkin
mungkin karena dunia yang gompal.

oktober 1970

Penyesalan

karena semua kealpaan
cita dan cinta lolos satu-satu

segenggam harapan terseret menepi
menepis karang
terhempas pisah
menyerusuk sesak
menguak enggan
tepian tertuju menyempit sempit

karena dulu semua lena
mata terkatup hati diinangkan

yang lalu telah lari
acuh dan bertingkah
esok pasti ‘kan datang
menantang lantang bertolak pinggang
ceritera akan berganti … resah atau susah
sesal adalah buah, tertelan pahit … tercerna muak.

september 1970

J e r i t

tuty, dengar ini
teriak pada keparauan
tanpa rasa lelah
menghunjam pada ketiadaan
juga tiada kau
sedang kalau kau kenali suara ini
tak semua itu
jadi arti yang sumbang … arti kelabu
arti mati

dan dengar lagi ini
yang dulu-dulu juga
sebelum dan sesudah hati ini kerdil
dilanda rindu
sepeninggalan harap … di kegersangan
segersang jerit mauku
nyanyi kelesuan

dan ini lagi, tuty
jika kerinduan ini berlarut mendalam
tiada lagi hidup punya warna
biru, dingin … tiada wangi, tiada megah
bahkan terasa kesepian datang lagi
membawa penderitaan
menyayat … membeku sendu
sampai jerit ini rontok
di musim kehampaan mendatang

kau dengar itu, tuty
hanya itu
padamu.

nopember 1970

D e r i t a

cuma ketiadaan
berbiak di hati hitam
oleh lepasnya tumpuan asa
kau, ida !
satu-satunya.

C i n t a

penjelmaan antik
dari sebuah kisah klasik
bertemunya romeo dan juliet
lalu … jadi mainan kini
hari ke hari

adapun dalam kepalsuannya
ada bahagia … ada derita
pada kisah
pasangan yang lain
dan pasangan kami.

nopember 1970

Ajakan Buat Ratri …

ratri …
tidakkah kau mau lagi
susuri jalan kita yang dulu
bergandeng setia
tapi kau …
jangan tutup mata
pada kepekatan cerita ini
kita harus berjalan lagi
sejauh sebelum datar ada
sampai batas putih sana
taman penuangan segala
taman cita dan cinta

atau kau jemu, ratri …
pada perjalanan ini
mendaki … menurun
dalam onak dan duri
tapi kau …
jangan berkaca
di jalanan ini
semua masih samar
sesamar kemanisan maumu dulu
mau kita berdua
berjalan berpeluk
kau dan aku.

nopember 1970

Lagu Buat Ida …

apa masih ingat, ida
berpautnya hati kita
pada kisah keikhlasan semu … singkat
di ketenangan sore bulan mei
lantas kau
bergegas … berpacu
meninggalkan senyum … air mata
dan pisahan

lalu kubawa diriku
berlari … bersungut
dalam ketandusan hati tiada kejora
dan di lorong sunyi ini, aku
membisu … menyendiri … terpahat kaku
karena kau tak pernah kembali
bawa lagu persemaian … bening
berpanorama … wangi … manis
pada hati lekang memagut

tapi …
aku dengar tentangmu, ida
juga hatimu yang dulu
cuma …
ku sangsi kini
apa ada atau tiada
lagu yang dulu
lagu kerinduan
sekepanjangan cinta.

nopember 1970

Sebuah Kenangan

ya
lama sekali sudah
sebuah pertemuan yang manis … cerah
secerah warna bunga pada dastermu
aku masih ingat itu, ida
apalagi senyum yang kau cecer sore itu
kemudian kita tertawa … meriah
dan kau bisikkan sederet kata mesra :
aku sayang padamu, bang
oh … betapa wangi suaramu

tapi
mana semua itu kini
aku mau sekarang, ya sekarang
dalam kelekangan hati … di kebisuan
justru kuciptakan kenangan ini, ida
karena dirimu
dan kerinduan.

nopember 1970

R i n d u

pada angin-angin putih
dalam bertiupmu kusisipkan pesan
dari hati terlingkup mendung dan ketiadaan
dengan nyanyimu, angin … di tengah malam
buailah dia, gadisku dalam kedamaiannya sendiri
lalu katakanlah pelan-pelan
bahwa seseorang rindukan dirinya
di kejauhan.

P e r p i s a h a n

seperti yang lain
kamipun pernah berkumpul … mesra sekali
ketika warna hidup ini masih segar … wangi
lalu perpisahan itu datang juga dalam kelesuan
dan renggutkan perdamaian milik kami
satu-satunya.

nopember 1970

Kalbu Dan Kehampaannya

dari redup senja di pinggiran tembok sunyi
ronamu kugait ke pelupuk keriput

sejak dua sasi yang telah lari
kala bayangmu masih mengambang tersenyum kecut
senja terus turun lurus-lurus gelisah
melebar, melilit pinggang dan kesepian
menjerat, mencubit hati kecil-kecil perih
menyusup, menyerusuk ke kelembaban cinta

buat dua sasi yang datang
aku masih di sini dan begini

menggeluti kesepian dan kekosongannya
menemani hati yang nanar
menunggu harapan tak berujung
merengek bahagia yang terlalu pagi
menanti tuhan di pangkal sepi
terlena pulas berselimut duka.

september 1970

Kami Yang Terlantar

disini kami terhempas, ya disini
diatas bongkah-bongkah cemas dan hitamnya batas kota
gerimis sore dan stasiun mabuk punya lagu sendiri-sendiri
nanyi pluit kereta dan penjaja kue adalah semangat
semangat bersumber dari hati yang pucat

dari dusun kami kemari, ya kemari
mengadu nasib yang telanjang menggeliat
menepis kerikil derita dan sengsara membelukar
dan kami terdampar di pojok, ya di pojok
dalam khayal panjang dan langkah gontai

disini kami terpahat, ya disini
seperti lukisan tua tanpa bingkai
terkapar rebah di perut kota
diayun lembut perawan tua
dan seringai pasi penuh damba

disini kami tersiksa, ya tersiksa
di ujung kota yang remang kami menjerit
terlena lelah dalam kebisuan asa yang tersia
mungkin tuhan dan suaranya masih bermukim
manakala mata-mata di langit berpaling cemburu.

oktober 1970

Yang Terkapar

seekor burung jatuh di tanah
di sayapnya ada darah
memerah cerah lukanya terkuak
masih menggelepar garang
lalu rebah
bayu gaib mengusap pelan
pulas
damai
di perut bumi terkujur percuma

seorang anak menyeringai curiga
di dadanya ada dendam
dendam yang bermula dari sesaL

mama
seekor burung jatuh di tanah
di sayapnya ada darah
manusia mana telah murka, mama
hingga jasad kecil tak lagi bernyawa
dan umurnya cuma dua sasi.

oktober 1970

Rumah Pelukis

terasnya lumut tua
memojok ke tembok garang
kebunnya alang-alang ganas
flamboyan dan cendawan jalang

angin lembut menguak daun pintu
gorden kusut memerah layu
kursinya tergolek memeluk sepatu rusak
kuas dan cat cemberut meminta sinar

hidupnya melulu kanvas dan berewok
cat ungu terciprat di jidat keriput
cambang lebat dan asap rokok
piyama kumal melibat jari-jari lempang

rumah baginya surga dan inspirasi
tanpa asap di dapur dan perigi sepi
angan-angannya adalah bingkai gelisah
dan esok lusa yang belum terarah

pelukis dan ketuaannya
bayi yang diasuh kepanjangan masa
ditempa kehanyutan lamun
nafas harap yang memburu.

september 1970

Pesan Opa

biarlah jenggot dan kembang jambu memutih rontok
atau keriput merut memuai kisut
pipa dan kacamata tua cuma karibku mengoceh
juga tongkat bengkok dan curiga kosong

usiaku bahtera lelah yang ‘kan merapat
ujung sisanya di dinding tenggorokan
biar maskoki yang bakal berduka sepekan
kapan jasad kering terbujur lurus kaku
kamboja dan wangi setanggi
hanya memeluk onggokan tanah merah
dan mana aku tahu bila tangismu
akan sirna saat kabut turun lemas

bila benar aku terbang ke sorga
jas tuaku adalah kengerian
titipkan pada pengemis di pojok pasar
atau tukar ayam dua ekor.

september 1970

E x o d u s

biarkan aku, biarkan
geram ini kutuang pada tali-tali gitar karatan
nadanya terantuk-antuk seperti nenek tua
bukan ‘tuk merengek pada bulan mabuk
atau memuja rintihan sungai
cuma pelahiran buat bayu semilir
curahan sedih dari pancuran dendam

dan biarkan mereka, biarkan
wajah-wajah layu, kartu-kartu koyak dan dompet kosong
botol-botol anggur di pinggiran meja
lampu tempel yang berkedip curiga
asap bentoel dan sandal jepit
biarkan sayap fajar yang menjemputnya
atau kantuk gaib mendekapnya.

september 1970

Tidak ada komentar: